20 Jun 2014

Cerpen: "Saat Hati Melihat, dan Berbisik" by Ifan


 

Tanggal : June 14, 2014 at 7:01pm
Judul    : Melihat Dengan Hati
Genre  : Romantic
Penulis : Irfan Mustofa

______________________________________________________________

Tahukah kamu? Diam-diam aku selalumemperhatikan kamu dari jauh, si tukang bunga itu.Tokomu yang tak jauh dari terminal dan pasar tempatku mencari uang. Jujur sejak itu aku merasa malu sendiri karena kamu, bagaimana tidak? Meskipun kamu, maafsaat itu Tuna Netra, tapi kamu berusaha sendiri. Dan masih bisa memberi makan anak-anak jalanan, dan gepeng disekitar tokomu.


Sedangkan Aku, sebenarnyacuma dianggap pemuda pembuat onar. Karena kerasnya jalanan membuat halal dan haram tak terlalu penting yang penting bisa hidup. Tapi kini aku tersadarterlalu jauh aku tenggelam dalam kegelapan. Setidaknya dengan menjadi Musisi Jalanan, itu lebih baik mungkin. Akuingin tahu bagaimana si tukang bunga yaitu kamu, bisa melihat hidup meski melihat dalam kegelapan.

Saat itu aku beranikan diri untuk masuk ke tokomu.“klinting ... ting ...” suara bel itu germerincing setiap pintu dibuka jadi kamu bisa tahu ada pelanggan yang masuk.

“Selamat pagi tuan. Ada yang bisa saya bantu?” sambutmu ramah. Lalu aku menghampiri kamu, tapi kenapa kamu mengendus lalu melangkah mundur dan wajahmu seperti ketakutan kemudian berkata “maaf tuan, toko baru saja buka,saya belum mendapat uang”

Kamu kira ada preman masuk ke tokomu yang ingin memalak kamu, gak heran sih memang bauku saat itu seperti preman jalanan, memang anak jalanan. Aku terkesan dengan kekuatan indra mu yang pintar menilai dan mengenal orang. Tapi aku sedikit tersinggung jadi aku keluar dari toko tanpa sepatah katapun.

Hari pertama mendekatimu memang gagal, tapi Hari berikutnya, aku datang lagi dengan pakaian rapi, bersih dan lebih wangi tentunya.Hingga kamu tidak menyadari bahwa akulah orang kemarin yang kamu kira Preman. Saat itu aku tidak tahu menahu soal bunga makanya aku bertanya dulu sebelum membelinya.

“hem, maaf mba, bunga yang paling disukai cewe apa ya?”

“Tergantung tuan. Menurut Jenis nya atau Warnanya? ” kamu bertanya balik

“Kalau menurut Jenisnya ?” tanyaku

“Bunga Rose, itu paling laku dan disukai wanita”

“Jika menurut warnanya, wanita harus diberi bunga Rose Apa?”

“menurut pengalaman saya? Jika wanita itu pacar tuan berikanlah Mawar Merah Muda, jika wanita itu istri tuan berikan saja Mawar Merah, apabila wanita itu Ibu tuan berikan beliau Mawar Putih, dan Jika wanita itu Teman tuan Mawar Kuning pilihan yang tepat”

“oh begitu, Akubeli yang ini?” Aku ambil sekuntum bunga. Lalu kamu raih dan menciumnya lalu berkata.

“hemmm, bunga Rose Kuning. Hanya 2500 rupiah tuan”senyummu merekah tak kalah indah dengan bunga itu. dan yang membuat ku terkesan kamu bisa tahu jika mawar itu berwarna kuning. Lalu kuberikan selembar uang lima ribu rupiah dan kamu meraba-rabanya.




“Ambil saja, kembaliannya” ucapku saat itu.

“Terima Kasih tuan” senyum manis itu melengkung lagi. Sebelum keluar toko aku bingung sebenarnya buat apa aku beli bunga, aku berbalik badan dan memberikan bunga itu kepadamu. Lalu kamu bilang “Tuan ini aneh ya, kenapa tuan berikan ini pada saya.”

Benar juga, konyolnya aku saat itu, nanti kamu kira aku lagi modus. Untung saja mawar kuning yang aku beli.

“eeuum, anggap saja itu tanda terima kasih, karena sudah memberitahuku soal bunga hehe” benar-benar terkesan madus yah hahaha

“Iyah, terima kasih tuan”

“Anggap juga itu tanda pertemanan yah” ujarku

“Oh tentu saja tuan” aku senang saat itu kamu tidak merasa keberatan merima bunga itu.

Ingin rasanya aku bertanya nama padamu, tapi aku harus bersabar dahulu. Untuk alasan aku datang lagi esok nya, lusa, dan esoknya lagi. Setiap aku masuk ke tokomu kamu bisa mengenali aku karena aroma parfume murahan yang aku beli di toko sebelah.

Hingga aku tahu nama kamu adalah Karin, hampir setiap pagi aku membeli bunga di toko mu. Hanya sekedar ingin mengobrol denganmu. Ingin tahu tentangmu. Dan seperti biasa aku membeli bungamu, aku membayarnya, dan aku berikan padamu. Kamu hanya menaruhnya di vas kosong.

Itu terus berlangsung hingga kita betul-betul bersahabat dan mulai akrab. Ingin rasanya lebih lama berbincang denganmu, karenasaat bersamamu aku merasakan keramahan yang tidak aku temukan di kerasnya jalanan. Tapi kamu tidak pernah menyadari bahwa aku hanya seorang pengamen.

Saat itu kamu tidak lagi canggung bercanda denganku dan tidak lagi memanggil “Tuan” melainkan menyebutkan nama “Zafar”, iya aku rasa itu pantas karena kita sebaya.Eh, tapi aku pernah membuat kamu geer saat itu, ingat ? mungkin kamu ingat perbincangan ini ...

“Hari ini kamu membeli dua kuntum bunga yaa?” katamu, seperti biasa sambil menghirup bunga itu, mengatakan jenis bunganya lalu harganya. Kemudian kamu bilang “Apa bunga ini untuk ku juga ?”

“Siapa bilang ? itu buat nenek ku” aku berdalih dan mebuatmu raut mukamu berubah. Sebelum membuat mu benar-benar kecewa aku bilang “Aku bercanda, ini untuk mu, tapi hanya satu yaa” aku tak bisa memberikan keduanya karena yang satu lagi bukan berwarna Kuning melainkan Merah Muda, kamu mungkin tahu maksudnya.

Kamu pernah bercerita bahwa dulu sebelum penglihatanmu terganggu karena Katarak, kamu tidak sungkan untuk membantu dan mengajar anak-anak jalanan membaca, menulis, dan membuat mereka  tidak tetinggal. Aku sungguh salut padamu meskipun sedang buta, kamu juga masih suka memberi makan para Tuna Wisma dijalanan.

Bagaimana aku tahu? aku kerap kali melihatmu diterminal dengan tongkatmu sambil menenteng keresek berisi nasi kotak. Sungguh mulia apa yang kamu lakukan, gangguan penglihatan padamu tidak menghalangi semangat kamu berbagi kebahagiaan.

Aku ingatkan lagi yah, dialog saat aku bertanya “apa kamu ingin melihat lagi, Karin?”

“Tentu saja, makanya dengan toko bunga ini aku mencoba menabung untuk biaya operasi”

“Tapi bagaimana kamu bisa menabung, jika keuntungan dari toko bunga ini kamu belikan makanan untuk mereka?”

“Tidak semua, aku sisihkan setengahnya meskipun butuh waktu cukup lama, tapi aku harus bersabar” kamu bilang dengan penuh ketabahan.

“Aku salut padamu, kamu masih mementingkan orang lain meski dengan keadaanmu seperti ini”

“Iya, Zafar.Sebaik-baiknya hidupkan bisa berguna untuk sesama, aku yakin jika kita menanam kebaikan pada orang lain. Tuhan tidak sungkan menurunkan Rahmatnya, seperti Malaikat Penolong ... “

“Kamu itu gak buta, Karin. Mata hatimu melihat jauh lebih baik dari Matamu” Kata sebijak itu tiba-tiba terlontar dari mulutku, bagaimana aku bisa berkata seperti itu, entahlah padahal dijalanan kebijakan yang aku dapat hanyalah menuruti Egoisme ku sendiri.

Saat kamu mengatakan malaikat penolong, aku ingin jadi malaikat itu. Karena aku sungguh menyayangimu, aku ingin kamu bisa melihat lagi, Menolong orang lain lagi, menjadi malaikat untuk orang lain lagi. Akhirnya aku runtuhkan keegoisanku dengan cara apapun ingin bisa membuatmu melihat kembali.

Hatiku mungkin telah dibutakan oleh Cintamu, aku mencoba mencari uang jutaan rupiah untuk biaya operasimu. Hingga temanku di jalanan merencanakan sesuatu, dan mengajaku untuk merampok. Dia bilang kita akan merampok rumah seorang koruptor yang sudah divonis tersangka. Awalnya aku menolak tapi dia bilang apasalahnya mencuri dari tangan pencuri, kita hanya mengambil hak rakyak kecil seperti kita. Maka aku ikut dengan mereka, Aku mendapatkan bagian. Aku sangat senang karena tak pernah berpikir jernih yang penting aku bisa menolongmu. Maaf Karin, uang itu yang aku berikan padamu.

Ingat saat sebelum operasi kamu ingin mengetahui wajahku? Kau mencoba meraba mukaku, kau pegang telinga, hidung, bibir dan sentuhan-sentuhan di wajahku lalu kamu berkata “Jika nanti sudah bisa melihat lagi Karin Ingin Zafarlah yang pertama Karin Lihat”.

Maafkan aku Karin, sepertinya hingga Kamu Bisa Melihat lagi, kamu tidak akan bisa melihatku dan setelah membaca Surat ini mungkin kamu semakin Jijik untuk mau melihatku, karena mungkin kamu pasti marah besar karena Biaya Operasi itu aku dapatkan dari Uang Haram.

Saat kamu bertanya darimana uang itu, dan sebenarnya siapa aku ?

Aku mengatakan kebohongan besar bahwa uang itu adalah Dana Bantuan Sosial karena selama ini aku mengaku-ngaku sebagai Manager Perusahaan yang melakukan Observasi dan Tergerak membantumu karena Bakti Sosialmu dan lain-lain. Hingga membuatmu yakin, dan menggunakan uang itu untuk Operasi Pengangkatan Katarakmu.

Entahlah aku tak tahu lagi memulai kata maaf ini dari mana, atas segala kebohonganku kamu pantas membenciku, Akulah Zafar seorang Pecundang yang menyukai Wanita berhati malaikat sepertimu, dan seorang Tersangka Perampokan Sebuah Rumah yang kini mendekam di penjara selama 6 tahun.

Kamu pasti bisa melihat sekarang, membaca kata-demi-kata Surat ini, bahwa inilah Hatiku Yang Berbicara, semua kebohonganku, semua manipulasiku aku utarakan, dan Hatiku Juga ingin berbicara sekalipun pasti kamu sangat membenciku, tapi Aku Sangat Mencintaimu, Aku Menyayangimu apapun akan aku lakukan untukmu.

Aku tidak tahu apa kamu bersedih atau marah padaku saat ini, aku hanya ingin mengucapkan Selamat Sudah Bisa Melihat Dunia Lagi, lanjutkanlah Aksi Sosialmu itu, seperti keiinganmu dulu, bisa membantu sesama lagi, membangun sekolah untuk anak jalanan, dan menolong tuna wisma.

Oh, iya tambahan jika kamu melihat bunga-bunga mawar kuning di vas itu, periksalah kembali, Ada bunga berwarna Merah Muda disitu.



Salam Maafku,



Zafar

---------------------------------------------------------------------------

Hati Karin kacau setelah membaca Surat Zafar, yang ia temukan didepan Toko Bunganya. Kekecewaan yang mendalam dan amarah berkecamuk tapi hatinya tidak bisa berbohong karena dia juga mencintai pria itu.

Pipinya sudah basah, berlinang air mata. Dia duduk didalam toko matanya melirik sebuah vas bunga yang berisi mawar kuning, lalu dia mencari sesuatu. Ternyata benar kata Zafar sekuntum Bunga Mawar berwarna Pink. Seketika airmatanya berlinang kembali.

“Tuhan jika memang dia memang jodohku, jika emang dia malaikatku, pertemukan aku padanya “ Karin berdoa dan berharap bisa kembali melihatnya.

***

6 Tahun Kemudian ....

Zafar telah bebas dari penjara, dan melihat toko bunga Karin berkembang pesat, dia ingin masuk tapi dia takut jika Karin masih marah, tapi hatinya berbicara dia harusmasuk ke toko. Dia melihat seorang wanita sedang sibuk merapihkan bunga-bunganya, dialah, Karin. Saking sibuknya dia tidak mendengar bell yang biasa berbunyisaat pintu toko dibuka.

“ Mba, bunga yang paling disukai cewe apa ya” tanya Zafar.

“ Tergantung tuan, Menurut Jenisnya atau Warnanya?” jawab Karin yang dari tadi masih sibuk merangkai bunga tanpa melihat pelanggannya. Tiba-tiba aktifitas Karin terhenti sejenak saat mendengar suara pria itu, dia ingat seseorang lalu dia membalikan badan. Hingga mereka berdua saling berhadapan.

“Zz... Zafar ?” ucap Karin ragu.

Zafar hanya tersenyum dan berkata “Iya, ini aku. Maafkan aku kar...” Ucapannya terhenti karena Karin langsung memeluk tubuh Zafar.

"Bundaa ... aku mau sekolah .." panggilan seorang gadis kecil berumur 5 tahun, Karin pun melepaskan pelukannya dan menghapus airmatanya.

"Iya, nak. hati-hati yah" Karin menerima sun tangan dari gadis kecil itu, sambil mengelus rambutnya.

"itu tadi ?" ucap Zafar sambil menelan ludah.

"iya Zafar, itu Putriku." jelas Karin sambil menahan senyumnya.

Kedua insan dipertemukan kembali, Tuhan menuntun hati mereka untuk berbicara dan melihat cinta yang hakiki meskipun mereka tak saling meiliki.

0 komentar:

Posting Komentar

"aku sangat senang bila anda dapat meninggalkan komentar disini"